Wednesday, September 28, 2016

Quarter Life Crisis itu Akhirnya Datang

Sekitar sebulan yang lalu, aku menginjakkan kaki di angka seperempat kehidupan ini *ceilah. Jujur aja, langkah semakin berat hanya untuk menghitung hari-hari sebelum hari dinobatkannya aku menjadi penghuni Quarter Life Crisis. Semakin lama bukannya semakin membaik, malah ragu-ragu yang aku dapat.


Umur bertambah, lalu apa yang sudah aku perbuat? Bagaimana dengan menikah? Bagaimana dengan cita-cita masa kecil yang sampai sekarang belum terwujud? Bagaimana dengan harapan-harapan dari orang tersayang? Tapi obrolan diri sendiri itu ga akan pernah ada habisnya. Terutama setelah menginjakkan angka seperempat abad ini. 
Aku tidak familiar dengan kata 'Menyerah'
Aku bukan tipe perempuan yang mudah menyerah. Apa itu menyerah? Aku tidak familiar dengan kata-kata itu. Jika aku lelah, maka aku akan menangis di tempat sepi dan kemudian menghapus sendiri air mata yang rasanya asin itu. Yups, aku tidak ingin hidupku seasin rasa air mata itu, makanya kadar asin perlu sekali-kali dibuang kalau sudah merasa lelah. Satu hal yang tidak mau aku akui sebagai tanda kelemahan adalah menangis. No, menangis bukan tanda lemah. Dengan menangis bisa menyegarkan kembali ide-ideku untuk menapaki rencana-rencana baru untuk menggantikan rencana-rencana lama yang gugur, karena Yang di Atas belum berkehendak.

Dalam arti bahwa Quarter Life Crisis itu tidak kutelan bulat-bulat. Kubiarkan itu menjadi momok klasik bagi kaum muda di masa transisinya. Sementara aku menjalani hidup dengan keyakinan yang sedari remaja sudah aku punya. Betul sekali aku memang meragu dalam memandang ke depan, tapi segera kubuang jauh-jauh bahwa aku harus bisa merealisasikan keinginanku yang belum terwujud itu sebelum akhirnya aku menjatuhkan pilihan a.k.a menikah.

Pekerjaan
Kebahagiaan Orang tua
Menikah
Adalah beberapa point untuk jadi pedomanku menjalani dengan mantap angka 25 itu. Yess... 25 dan seterusnya akan terdengar tidak muda lagi. Aku tua. Ya, tua. Maka itu aku ga mau semakin tua dan tua sampai masa tuaku aku hanya bisa berkhayal tentang cita-citaku yang belum kesampaian. Lebih baik aku berkhayal dan berusaha di masa 'muda'ku ini dari pada tidak sama sekali. Aku harus sukses! Harus lebih dari kedua orang tuaku.

Btw, untuk kalian yang akan memasuki angka krisis itu atau sudah memasuki. Berdoalah dengan segenap hati maka kau akan meringankan langkahmu di jalan yang mungkin tidak semulus dugaanmu. Aku bukan sedang menasehati karena pada dasarnya toh aku cuman sedang menyenangkan hatiku yang pada dasarnya galau juga (Hahaha). Tapi bukankah kau tidak harus menuruti cuaca hati dan perasaanmu yang sedang takut itu?

Ingat bertambahnya umur bukan berarti target dan cita-cita lepas dari genggaman kita. No! Target dan cita-cita itu masih bersemayam dalam genggaman tangan orang-orang yang tak mau menyerah. Tetap melangkah! Langkahi pertambahan umurmu dengan keberanian pada target yang lebih besar. Tentang beberapa hal dalam hidup yang belum terwujud karena Tuhan belum berkehendak, mungkin saja akan datang sepaket pada waktuNya. Jadi jangan menyerah, toh DIA tetap pelihara kita.

Percaya dan yakin. Jika lelah jangan menyerah, tapi berhentilah sebentar atau mungkin kau bisa menangis untuk menjernihkan ide-ide cemerlangmu. Kemudian kau bisa berjalan kembali dengan gagah. Mungkin pernah kehilangan arah dan visi hidup tetapi jangan pernah jadikan alasan bahwa kau memang harus menobatkan dirimu orang gagal. Jangan sama sekali.

Nikmati saja ritmeNya. Nikmati saja perjalananmu. Yang akan terjadi ada 2 yaitu Gagal atau Berhasil. Gagal berarti kau coba lagi. Berhasil berarti lirik target berikutnya. Tuhan akan selalu mengarahkanmu pada apa yang Kau cari, asal kau tidak lelah mencoba jalanNya. Selamat mencari jati diri ya, Penghuni Quarter Life Crisis!



No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentarnya ^_^