
Namaku Cindy. Mahasiswi Hukum di salah satu Universitas di Ibukota ini.
Aku cantik dan pintar, tidak heran aku banyak teman. Nilai-nilaiku bagus
dan aku cumlaude, aku merasa hidupku sangat bahagia walau aku
sebenarnya terlahir dari keluarga pas-pasan, Papaku hanyalah seorang
supir taxi dan Mamaku ibu rumah tangga biasa. Tapi toh aku bisa
memanfaat apa yang ku punya saat ini, ya otak dan kecantikanku. Aku
punya banyak teman dan banyak cowok di kampus yang ingin jadi pacarku.
Tapi pilihanku jatuh pada satu hati yaitu Juno anak seorang anggota DPR.
Hihihi…
Tapi semakin mendekati akhir kuliahku,
banyak tekanan ku dapatkan. Dan lebih banyaknya dari keinginan
diri sendiri. Aku ingin ini, aku ingin itu. Dan yang terakhir yang ku ingini adalah sebuah laptop keren. Miris rasanya melihat komputer tua di kamarku. Ah, nasib buruk akan menimpa skripsiku bila aku berkutat dengan komputer tua itu. Ku mintakan pada Mama Papa untuk membeli laptop baru yang baru saja ku tanyakan harganya 6 juta. Dan seperti biasa orangtuaku menggeleng. Aku kecewa dan sangat putus asa. Kapan yah orangtuaku ini memberikan aku sesuatu yang ku ingini tanpa berlama-lama aku menunggunya?
diri sendiri. Aku ingin ini, aku ingin itu. Dan yang terakhir yang ku ingini adalah sebuah laptop keren. Miris rasanya melihat komputer tua di kamarku. Ah, nasib buruk akan menimpa skripsiku bila aku berkutat dengan komputer tua itu. Ku mintakan pada Mama Papa untuk membeli laptop baru yang baru saja ku tanyakan harganya 6 juta. Dan seperti biasa orangtuaku menggeleng. Aku kecewa dan sangat putus asa. Kapan yah orangtuaku ini memberikan aku sesuatu yang ku ingini tanpa berlama-lama aku menunggunya?
Ditambah lagi ternyata berpacaran dengan
seorang anak kaya tidak terlaly membantu. Ya iyalah… Yang kaya bapaknya
bukan dia. Aku pun makin kecewa, galau dan selalu merasa minder bila
melihat teman-teman kampusku datang ke kampus membawa laptop yang
bagus-bagus. Sementara aku hanya mengerjakan skripsiku di rumah.
Di tengah kegalauanku ini ternyata
banyak iblis menyapaku untuk terjun ke jurang dosa. Aku bertemu Audy, si
ayam kampus. Dia tahu aku kenapa bermuram durja, dia memberi aku solusi
dan tak jauh-jauh dari profesi yang dia jalani. Cukup lama aku
menimbang-nimbangnya bagaimana yang harus ku lakukan, namun karena sudah
kesengsem sama laptop baru itu, maka aku mengiyakannya saja.
Aku deg-degan menjalani ini semua, ku
pandangi kedua orangtuaku dan… Ahhhh, sudahlah tak mengapa yang
menderita nanti khan aku bukan mereka. Pokoknya aku mau laptop baru itu.
TITIK! Ku tinggalkan Mama dan Papaku di rumah, ku katakan berangkat ke
kampus padahal ke sebuah hotel yang di sana aku sudah janjian bersama
Audy. Maaf Ma, Maaf Pa!
Singkat cerita, aku memasuki sebuah
kamar dan… Oh, Tuhan aku menitikkan airmata! Ingin rasanya berputar arah
dan keluar dari kamar itu. Tapi sudah kepalang tanggung aku pun masuk
saja. Ku lihat ada seorang pria paruh baya sedang merokok membelakangi
aku dan duduk di atas tempat tidur.
“Oom…”
Pria itu berbalik dan…
“Pak dosen!!!” Aku terperanjat dan ingin berlari saja namun Pak dosen tersenyum tanpa risih sedikit pun.
“Kamu lari? Nilaimu ancuuurr…” Katanya tertawa sinis.
Pasrah! Hanya itu dalam hatiku. Ternyata
selama ini Pak dosen ada main dengan beberapa mahasiswi termasuk Audy.
Ya, Tuhan!!! Ah, sudahlah yang terpenting aku bisa membeli laptop baru
walau dengan peluh dan tangisan yang berceceran.
Siang itu, keperawananku direnggut oleh
orang yang bisa dibilang lebih cocok aku panggil Papa. Sungguh
menyakitkan buatku, walau sebelumnya Audy sudah membekaliku sebuah
kondom agar tidak terjadi apa-apa. Untungnya Pak dosen mau memakainya.
Kontras, sungguh sangat kontras aku dengan dia.
Kesakitan fisikku akhirnya terbayar
dengan uang yang ku dapat dan aku bahagia. Aku menghitung lembar demi
lembar. “Ah, Tuhan ini belum cukup!”, Ya selalu aku bawa nama Tuhan
seakan Tuhan merestui ini semua aku lakukan. Aku betul-betul sangat
bodoh!!!
Seminggu berlalu. Ya, seminggu aku
meninggalkan keperawanan yang tak akan pernah kembali itu. Aku
betul-betul sangat sensitif dan selalu ingin marah-marah saja pada semua
orang dan terkadang menangis!!! Aku menyesal tetapi ku lakukan lagi dan
lagi! Ku lihat nasibku maka aku akan menangis namun ku lihat uang
haramku aku merasa sangat terbantu untuk tersenyum kembali!
Beberapa teman-teman kampus dan Juno
merasakan perbedaanku. Emosiku sangat tidak stabil! Persetan dengan
semua itu yang terpenting aku berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang ku
inginkan tidak seperti mereka yang hanya bisa meminta kepada orangtua.
Ah, Tuhan pun maklum! Yah, harapanku begitu…
Dalam seminggu ini telah 3 Oom-oom
menemaniku tidur dan kembali ku perhatikan uangku. Ah, belum cukup sama
sekali!!! Aku memutuskan untuk yang terakhir kalinya kembali menyambangi
Oom mana pun yang mau mencicipi aku asalkan berduit, itu saja…
Kembali lagi aku janjian dengan seorang
Oom dan itu juga melalui perantara Audy. Aku tak menangis lagi seperti
seminggu yang lalu. Apa lagi yang aku tangisi? Toh, aku memang sudah
tidak perawan lagi!!! Aku malah melompat-lompat kegirangan karena
sebentar lagi aku akan memiliki laptop baru… ^_^
Krriiiieeeeettttt!!!! Terdengar suara
pintu kamar ku buka dan dengan santainya aku masuk begitu saja. Ternyata
orangnya belum ada, aku hanya bisa duduk termenung. Namun sesaat
kemudian pintu terbuka lagi, seorang pria tua masuk ke dalam. Aku
tersenyum dan sedikit canggung! Dia melangkah makin melangkah dan
terlihat jelas. Dia khan…. Papanya Junoooooo!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
“Oom…” Aku terperanjat.
“Haddeehhh! Kok kamu, sich? Gimana sama Juno nantinya? Ah, ya sudah kamu saja pun jadilah!” Katanya tersenyum nakal.
“Ja… Jangan, Oom! Aku… Aku ga mau…!” Pekikku.
“Cindy!!!” Jeritnya sambil membuka ikat pinggang dan melibas ke lantai.
“Apa???” Aku terbelalak melihat apa yang akan terjadi.
Phhaaaakkkk!!! Phhaaaakkkk!!!
“Aaaarrrrggggghhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Jeritku kesakitan!
Ternyata bukan hanya pemerkosaan yang ku
dapat dari calon mertuaku kelak tetapi juga penyiksaan yang berlebihan!
Wajahku diantukkan ke tembok membuat bibirku pecah! Oh, Tuhan… Gilakah
dia??? Badanku dilempar ke lantai! Selangkanganku??? Jangan tanya…
Periiiih sekali… Saat itu juga aku ingin menyebut nama mamaku sayang,
namun apa? Aku bukan anak baik lagi dan aku lebih kotor dari yang
namanya sampah!
Aku lemah tak berdaya dan sudah berapa
helai rambutku ini berjatuhan ke lantai! Oom capai dan pergi beranjak
dari kamar sambil melemparkan uang ke mukaku. Sebelum menghilang dari
pintu dia menatap aku dan berkata…
“Jangan bilang-bilang Juno soal ini. Awas kamu!” Ancamnya.
Aku kembali menangis dan airmataku
menetes membasahi beberapa luka di pipi dan rasanya perih sekali! Aku
terdiam seperti orang stres lama di dalam kamar. Sampai bosan menegurku
lalu beranjak dari tempat sialan itu. Aku berjalan terseok-seok dan
hampir mati rasanya begitu menuruni anak tangga. Sudah tengah malam
pula, adakah masih taxi yang bisa menolong aku untuk pulang?
Ternyata ada dan aku memasuki taxi itu
sambil tetap menangis, biarlah si supir taxi kebingungan. Dan apa? Kalau
sempat ada niat si supir taxi untuk mengerjai aku lagi, maka aku
memilih untuk bunuh diri. Si supir taxi menoleh ke arahku dan barkata.
“Anak Pak Karta yah?”
Aku terperanjat lagi. Apaaa??? Bisa jadi
ini teman papa kerja. Mampus aku!!! Tanpa ku beritahu arahnya si supir
taxi sudah melaju ke arah rumahku. Sampai sudah di rumah dan aku keluar
sambil memberikan uang.
“Ambil saja kembalinya,” Kataku bergetar.
Aku segera memandang rumahku dan keadaan
sekitar sangat sepi, aku langsung memanjat pagar. Untung saja aku punya
kunci duplikat rumahku sehingga aku bisa masuk. Segera aku berlari
memasuki kamar dan aku menangis sejadi-jadinya ditutupi bantal!
“Hiks… Hiks…”
Ku pandangi diriku di cermin dan betapa
bodohnya aku ini! Wajahku seperti orang gila! Ah, dasar laptop jahanam!
Karena benda mati itu maka aku seperti ini! Persetan!!! Aku bingung
bagaimana nanti pagi kabar orangtuaku begitu melihat aku begini. Aku
jawab apa?
Ditengah tangisanku yang tiada hentinya
aku mengingat sesuatu, sesuatu yang menghancurkan harapanku lebih buruk
lagi. Bukankah Oom jahanam itu memerkosaku tanpa pengaman sedikit pun
karena saking terburu-burunya? Habislah aku bila mengandung anaknya!!!
“TIIIIDDDAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Pekikku tak peduli walaupun sudah tengah malam dan orangtuaku terbangun
mendapati aku…
Aku tertekan sekali…. Oh….
Aku… Aku…. Aku…. Jeraaaaaaaa, Ma….!!!
Nyari buku tamu gag ada.. hehe nulis komen aja lahhh...
ReplyDeleteInformasi yang sangat menarik.. hehehe
Kunjungan balik...
untuk makna logo pendidikan nasional dapat dilihat disini http://kuwarasanku.blogspot.com/2011/11/arti-dan-makna-logo-pendidikan-nasional.html
Makasih, Mas... :)
ReplyDeleteIya kemarin nyari-nyari itu... :)
Uli, saya sudah mampir di Blogmu. Tulisan di atas sudah saya baca juga. Menurut saya tulisannya bagus banget. Hidup. Benar-benar dapat melarutkan pembaca dalam kisah itu. Saya kira suatu saat cerita-cerita itu dapat diterbitkan menjadi sebuah buku kumpulan cerpen.
ReplyDeleteTeruskan Uli, kamu memang berbakat.
Hehehe... Makasih yah Pak atas kunjungan dan motivasinya... Saya juga mimpinya ya kayak begitu tapi belum kesampean aja... Hahahaha...
DeleteSalam
Terus tiba2 Cindi terbangun dari mimpinya !!!
ReplyDeleteALHamdulillah ternyata hanya mimpi...
hehehe
Hehehehe... Mendingan gitu... :D
DeleteMakasih mas udah mampir... :)