Halo, Semuaa... Lagi ngapain? Lagi ngedate? Lagi makan? Lagi online? Online apa? Atau sedang online di facebook dengan kesedihan tingkat setan? Wohowww... Kali ini aku bukan mau membahas keresahan kalian, kok. Hari ini aku mau bahas keresahan aku dengan orang-orang yang aku temui di Facebook. Tadi pagi aku lihat di timeline aku si
Jiggong posting photo sosok jenazah, dijepret kiri, dijepret kanan, dijepret depan. Kemudian dia menuliskan kesedihannya karena sudah ditinggal almarhumah yang ternyata adalah sahabatnya.
Aku sedikit mengernyitkan dahi. Btw, si
Jiggong yang aku maksud ini sudah memiliki kebiasaan memposting apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Dan sudah 3x lebih aku lihat dia memposting photo jenazah sahabatnya (jenazah yang berbeda-beda) di Facebook. Uuummm, posting seperti itu untuk apa? Supaya dibilang,
"Wah, ini kisah sahabat yang baik yang sangat peduli pada almarhum walau sudah meninggal." Hey! Kau tak akan dibilang baik hanya karena posting photo seperti itu.
Dulu sekali, pada tahun 2010 aku kehilangan Oppung Doli. Mamak suruh untuk photo Oppung saat dirawat di rumah sakit untuk kenang-kenangan. Beberapa hari kemudian aku pun mengganti wallpaper HP dengan photo Oppung Doli di rumah sakit. Saat melihat itu, Mamak langsung marah. "KAU INI. ORANG LAGI SEKARAT DIPAJANG-PAJANG! PANTANG ITU! KAYAKMANA KAU KALO LAGI SEKARAT DIPHOTO-PHOTO GITU. SENANG!!!"
Pada saat itu saya sadar, bahwa hal itu adalah salah. Mengganti wallpaper saja aku sudah dimarahin abis-abisan sama Mamak. Gimana kalau Mamak kenal sama si Jiggong? Bisa-bisa makin mengamuk Mamak. Tenang! Tenang! Kabar gembiranya Jiggong bukan anak Mamakku. Hahaha....
Balik lagi ke persoalan si Jiggong ini, aku langsung klik 'Laporkan' di Facebook mengenai postingannya yang terlalu alay itu. Wah, sealay-alaynya manusia, masih ada yang lebih alay yaitu si Jiggong yang posting photo jenazah. Mungkin jika Tuhan kasih kesempatan semenit si Jenazah untuk hidup dan protes kepada si pengunggah photo. Dia akan marah, menangis dan suruh untuk menarik postingan si Jiggong dari Facebook. Mungkin, lho!
JIKA MEMANG INGIN POSTING PHOTO, PASTIKAN JENAZAHNYA MENGHENDAKI
Bijaklah dalam memposting sesuatu di media sosial. Jangan hanya untuk meraih like dan comment yang banyak apa saja jadi diunggah ke media sosial. Pikirkan bagaimana kejadian yang menimpa di dalam photo itu adalah kebalikannya. Apa si Jiggong ikhlas diumbar kejadian yang baru saja menimpa dirinya? Gak mau, khan? Ingat! Kematian itu adalah hal yang sangat sensitif bagi keluarganya. Jangan sampai keluarganya keberatan akan postingan-postinganmu itu.
Nilai negatifnya adalah para pengguna media sosial akan meramaikan postinganmu. Dan di antara semua, belum tentu orang-orang itu turut bersedih juga, melainkan bisa saja sebagian hanya sekedar kepo. Jika benar sahabat dan ingin mengungkapkan kesedihan atas kematian sahabat gunakan saja kata-kata yang mungkin bisa menyemangati keluarga yang ditinggalkan. Tapi kalau memang ingin posting kesedihan sedetil-detilnya, mengapa tidak memasang photo terbaiknya semasa hidup?